MAKALAH
MAKRO
EKONOMI
PENGANGGURAN
DOSEN:
IRA MEIKE ANDARIYANI, SE., ME
DISUSUN OLEH :
SRI
MARYATI
175310079
AKUNTANSI (S1)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
T.A 2017/2018
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas
kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada saya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “PENGANGGURAN”
Makalah ini
berisikan tentang ilmu makro ekonomi yang mencangkup apa yang dipelajari para
ekonom makro, bagaimana ekonom berfikir dan data makro ekonomi. Tujuan saya
membuat makalah makro ekonomi ini agar saya dan para pembaca makalah ini lebih
memahami tentang ilmu ekonomi makro, relevan, dan (percaya atau tidak)
menyenangangkan.
Saya harap
makalah ini tisak hanya menambah kebbijakan profesi, tetapi juga antusiasme dan
semangatnya. Saya menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata, saya ucapkan terima kasih dan semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi
para pembaca.
Pekanbaru,
21 Maret 2018
SRI
MARYATI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1. Latar
Belakang Masalah............................................................................................. 1
1.2. Rumusan
Masalah........................................................................................................ 2
1.3. Tujuan
Penulisan.......................................................................................................... 2
1.4. Sistematika
Penulisan.................................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN..................................................................................................... 3
2.1. Pengangguran.............................................................................................................. 3
2.2. Hubungan
Jumlah Penduduk, Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, dan
Kesempatan Kerja........................................................................................................ 4
2.3. Anatomi
Pengangguran................................................................................................ 5
2.4.
Lamanya Pengangguran............................................................................................... 6
2.5.
Tingkat Penganggurang dan Waktu Menganggu........................................................ 6
2.6.
Frekuensi Pengangguran.............................................................................................. 6
2.7.
Jenis-jenis Pengangguran............................................................................................. 7
2.8.
Penyebab Terjadinya Pengangguran............................................................................ 8
2.9.
Dampak yang Diakibatkan Dari Pengangguran........................................................... 9
2.10.
Peran Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Pengangguran...................... 10
2.11.
Solusi Mengatasri Pengangguran................................................................................. 11
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan.................................................................................................................. 12
3.2.
Saran............................................................................................................................ 13
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia
secara langsung dan merupakan masalah yang paling berat. Bagi kebanyakan orang,
kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan
psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang
sering dibicarakan dalam perdebatan politik dam para politisi sering mengklaim
bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu menciptakan lapangan
pekerjaan. Adapun masalah-masalah pengangguran terbagi menjadi dua jenis, yaitu
pengangguran berdasarkan penyebabnya dan
A. Masalah pengangguran berdasarkan Penyebabnya:
1.
Pengangguran normal atau friksional apabila dalam suatu ekonomi terdapat
pengangguran sebanyak dua atau tiga persen dari jumlah tenaga kerja maka ekonomi
dipandang sebagai kesempatan kerja penuh. Pengangguran inilah yang dinamakan pengangguran
normal (friksional)
2.
Pengangguran siklikal penambahan pengangguran akibat dari terjadinya
kemerosotan permintaan agregat dimana perusahaan mengurangi pekerja atau
menutup perusahaannya.
3.
Pengangguran struktural terjadi akibat adanya perubahan struktur dan kegiatan
ekonomi sebagai akibat perkembangan ekonomi.
4. Pengangguran teknologi pengangguran
yang ditimbulkan oleh adanya penggantian tenaga kerja manusia seperti mesin dan
bahan kimia sebagai akibat dari adanya kemajuan teknologi.
B. Masalah pengangguran berdasarkan Cirinya:
a. Pengangguran terbuka pengangguran yang
tercipta akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari
pertambahan tenaga kerja.
b. Pengangguran tersembunyi keadaan
pengangguran yang tidak secara nyata dapat dilihat dan berlaku pada suatu
kegiatan yang jumlah pekerjanya lebih banyak dari sebenarnya diperlukan.
c. Pengangguran bermusim pengangguran yang
terjadi pada waktu-waktu tertentu di dalam
1
satu tahun, biasanya
terdapat pada sektor pertanian dan perikanan.
d. Setengah menganggur tenaga kerja yang
bekerja dalam jumlah jam kerja yang terbatas tetapi tidak sepenuhnya bekerja
dan juga bukan penganggur.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.
Pengertian konsep dasar pengangguran
2. Bagaimana hubungan antara jumlah penduduk,
tenaga kerja, angkatan kerja dan kesempatan kerja?
3. Bagaimana anatomi pengangguran?
4. Apa saja jenis-jenis pengangguran?
5. Apa yang menjadi penyebab masalah
pengangguran?
6. Apakah dampak yang diakibatkan dari
pengangguran?
7. Apakah peran kebijakan pemerintah dalam
mengatasi pengangguran?
8. Bagaimana upaya untuk mengatasi
pengangguran?
1.3. Tujuan
Penulisan
Tujuan penulis membuat makalah
yang berjudul “Pengangguran” adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hubungan antara
jumlah penduduk, tenaga kerja, angkatan kerja, dan kesempatan kerja.
2. Mengetahui definisi
pengangguran.
3. Mengetahui anatomi
pengangguran.
4. Mengetahui jenis-jenis
pengangguran.
5. Mengetahui dampak yang
diakibatkan dari pengangguran.
6. Mengetahui peran
kebijakan pemerintah dalam mengatasi pengangguran, dan
7. Mengetahui upaya untuk
mengatasi pengangguran.
1.4. Sistematika
Penulisan
Makalah
masalah Pengangguran ini disusun dengan urutan sebagai berikut :
Bab I
Pendahuluan
Pada
bagian ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Bab II
Pembahasan
2
Pada
bab ini terdapat pembahasan yang terdiri dari definisi pengangguran,
jenis-jenis pengangguran, penyebab masalah pengangguran, dampak yang
diakibatkan dari pengangguran, peran kebijakan pemerintah dalam mengatasi
pengangguran, dan upaya untuk mengatasi pengangguran.
Bab III
Penutup
Bab
terakhir ini memuat kesimpulan dan saran terhadap masalah pengangguran di
Indonesia.
Daftar
Pustaka
Pada
bagian ini berisi referensi-referensi dari berbagai media yang penulis gunakan
untukpembuatan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengangguran
Orang
yang menganggur didefinisikan sebagai orang yang tidak bekerja dan secara aktif
mencari pekerjaan selama 4 minggu sebelumnya, atau sedang menunggu dipanggil
kembali untuk suatu pekerjaan setelah diberhentikan atau sedang menunggu untuk
melapor pada pekerjaan yang baru di dalam waktu 4 minggu. Atau bisa diartikan Pengangguran
Keadaan tanpa pekerjaan yang dihadapi oleh segolongan tenaga kerja, yang telah
berusaha mencari pekerjaan, tetapi tidak memperolehnya. Syarat
sedang mencari pekerjaan dalam 4 minggu yang lalu adalah untuk mencoba
menyakinkan bahwa orang tersebut secara aktif tertarik pada suatu pekerjaan dan
tidak semata-mata mencerminkan keinginan jika suatu pekerjaan kebetulan akan
muncul.
Definisi Pengangguran
Pengangguran sendiri memilki banyak
definisi. Adapun beberapa definisi arti pengangguran diantaranya:
Menurut Sadono Sukirno (355:2004)
Pengangguran
adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan
3
kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi
belum dapat memperolehnya.
Menurut Ida Bagoes Mantra
Pengangguran
adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang
aktif mencari pekerjaan.
Menurut Dumairy
Pengangguran
adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan lengkap ibarat orang yang tidak
bekerja dan masih atau sedang mencari pekerjaan.
Menurut Payman J. Simanjuntak
Pengangguran
adalah orang yang tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama
sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan
berusaha memperoleh pekerjaan.
Berdasarkan istilah umum dari pusat dan
latihan tenaga kerja
Pengangguran
adalah orang yang tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan uang
meskipun dapat dan mampu melakukan kerja.
Menurut Menakertrans
Pengangguran
adalah orang yang tidak bekerja, sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu
usaha baru, dan tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan.
Jika
peningkatan jumlah angkatan kerja di suatu negara tidak diimbangi dengan
peningkatan daya serap lapangan kerja, maka tingkat pengangguran di negara
tersebut tinggi. Sebaliknya, jika peningkatan jumlah angkatan kerja diimbangi
dengan peningkatan daya serap lapangan kerja, maka tingkat penganggurannya
rendah. Tingkat pengangguran itu sendiri adalah perbandingan antara jumlah
penganggur dan jumlah angkatan kerja dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan
dalam bentuk persentase.
2.2. Hubungan
Jumlah Penduduk, Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, dan Kesempatan Kerja
Jumlah
penduduk adalah banyaknya orang yang mendiami suatu wilayah negara. Penduduk
suatu negara dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni kelompok penduduk usia
kerja (tenaga
4
kerja) dan kelompok penduduk bukan usia
kerja. Penduduk usia kerja (tenaga kerja) untuk negara-negara berkembang
seperti Indonesia adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Sedangkan di
negaranegara maju, penduduk usia kerja (tenaga kerja) adalah penduduk yang berusia
antara 15 dan 64 tahun.
Untuk
negara-negara berkembang seperti Indonesia, penduduk bukan usia kerja adalah
penduduk yang berumur 0 hingga 14 tahun. Sedangkan, untuk negaranegara maju
penduduk bukan usia kerja adalah mereka yang berumur 0 hingga 14 tahun dan
mereka yang berumur 64 tahun ke atas.
Tenaga
kerja juga dapat di bagi dalam dua kelompok, yakni kelompok angkatan kerja dan
kelompok bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja
(15 tahun ke atas), baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja. Kelompok ini
biasa disebut sebagai kelompok usia produktif.
Angkatan
kerja membutuhkan lapangan pekerjaan. Namun umumnya, baik negara berkembang
maupun negara maju, laju pertumbuhan penduduk (termasuk angkatan kerjanya)
lebih besar daripada laju pertumbuhan lapangan kerja. Oleh karena itu, dari
sekian banyak angkatan kerja tersebut, sebagian tidak bekerja atau menganggur.
Dengan demikian, kesempatan kerja dan pengangguran berhubungan erat dengan
tersedianya lapangan kerja bagi masyarakat. Semakin banyak lapangan kerja yang
tersedia di suatu negara, semakin besar pula kesempatan kerja bagi penduduk
usia produktif, sehingga semakin kecil tingkat pengangguran. Sebaliknya,
semakin sedikit lapangan kerja di suatu negara, semakin kecil pula kesempatan
kerja bagi penduduk usia produktif, sehingga semakin tinggi tingkat
pengangguran. Mereka yang tidak bekerja disebut penganggur. Penganggur adalah
penduduk yang tidak bekerja, sedang mencari kerja, atau sedang mempersiapkan
suatu usaha baru.
Adapun upaya peningkatan kualitas kerja
dapat dilakukan melalui :
1. Pengembangan
Kemampuan Tenaga Kerja, misalnya melalui latihan kerja,
2. Pengelolaan
Prestasi Tenaga Kerja, misalnya dengan meningkatkan
profesionalisme,
3. Pengelolaan
Fungsi Sumber Daya Manusia, misalnya peningkatan gizi, kesehatan dan kulitas
mental dan spiritual.
2.3. Anatomi
Pengangguran
Anatomi pengangguran dibentuk sekitar 3
faktor pokok dari perilaku pengangguran, yaitu:
5
1. Terdapat arus keluar masuk
yang besar dari individu-individu dari pengangguran setiap bulan, dan sebagian
besar orang-orang yang menjadi penganggur dalam tiap bulan tertentu tetap
menganggur hanya untuk waktu yang singkat.
2. Banyak diantara para
penganggur merupakan orang-orang yang akan menjadi menganggur untuk waktu yang
sangat lama.
3. Terdapat perbedaan
yang besar dari tingkat pengangguran pada kelompokkelompok yang berbeda dalam
angkatan kerja.
2.4. Lamanya
Pengangguran
Masa
pengangguran didefinisikan sebagai periode dimana seseorang tetap terus
menganggur. Dengan tingkat pengangguran yang tertentu, semakin singkat masa
pengangguran dimana individu itu menganggur, semakin besar arus tersebut.
Misalnya, dalam suatu kasus menemukan tingkat pengangguran 10 persen dengan 5
orang menjadi menganggur selama 1 bulan tepat. Namun, 4 dari 5 masa menganggur
berakhir dalam sebulan, sedangkan 1 dari 5 berakhir 6 bulan dan masa
pengangguran menyeluruh rata-rata berakhir kurang dari 2 bulan. Akibatnya, ada
gerakan keluar masuk yang besar dari tenaga kerja melalui pool pengangguran.
2.5. Tingkat
Pengangguran dan Waktu Menganggur
Lamanya
rata-rata dari masa pengangguran adalah sangat singkat, kurang lebih 2 bulan
dan sebagian besar masa pengangguran berakhir di dalam sebulan. Tetapi, masih
banyak orang-orang yang menganggur dalam jangka waktu yang lama.
Jadi, memang dengan mengetahui fakta bahwa
masa pengangguran berakhir bilamana seseorang ditarik dari angkatan kerja atau
mendapatkan pekerjaan, adalah mungkin bagi seseorang untuk mengalami beberapa
masa-masa pengangguran di dalam setahun dan benar-benar tidak bekerja sama
sekali dalam tahun ini.
2.6.
Frekuensi Pengangguran
Frekuensi
pengangguran adalah jumlah waktu rata-rata per peiode dimana pekerja-pekerja
itu menjadi penganggur. Ada dua faktor penentu yang poko dari frekuensi
pengangguran, yaitu : yang pertama adalah perubahan permintaan akan tenaga
kerja pada perusahaan-perusahaan yang berbeda di dalam perekonomian. faktor
penentu kedua dalah tingakat dimana para pekerja baru memasuki angkatan kerja.
Semakin cepat para pekerja baru memasuki angkatan kerja, maka semakin cepat
laju pertumbuhan angkatan kerja dan semakin tinggi tingakat penganggurannya.
6
Bahkan,
apabila permintaan agregat adalah konstan, beberapa perusahaan bertumbuh dan
beberapa menurun. Perusahaan yang menurun akan kehilangan tenaga kerja dan
perusahaan yang bertumbuh akan menyewa tenaga kerja lebih banyak.
2.7. Jenis-Jnis
Pengangguran
1. Pengangguran
Berdasarkan Jam Kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran
dibedakan menjadi 2 yaitu,
a. Setengah
Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal dan masih
mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain.
b. Setengah
Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal tetapi
tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain, misalnya
tenaga ahli yang gajinya sangat besar.
2. Pengangguran Berdasarkan Penyebab Terjadinya
Berdasarkan
penggolongan ini pengangguran dapat dibedakan kepada jenis pengangguran
berikut:
a. Pengangguran Normal atau Friksional
Apabila
dalam suatu perekonomian terdapat pengangguran sebanyak dua atau tiga persen
dari jumlah tenaga kerja, maka perekonomian itu sudah dianggap mencapai
kesempatan kerja penuh (full employment). Pengangguran sebanyak dua atau tiga
persen tersebut dinamakan pengangguran normal atau pengangguran
friksional.
b. Pengangguran Siklikal
Perekonomian
tidak selalu berkembang dengan konsisten. Adakalanya permintaan agregat lebih tinggi
dan mendorong pengusaha menaikkan produksi. Akibatnya, lebih banyak pekerja
baru digunakan dan pengangguran berkurang. Akan tetapi, pada masa lainnya
permintaan agregat menurun dengan sangat banyak.Kemerosotan permintaan agregat
ini membuat perusahaan-perusahaan mengurangi pekerjaan atau menutup usahanya.
Akibatnya, pengangguran akan bertambah. Kejadian ini terjadi dalam siklus
konjungtur suatu negara yang mengalami masa resesi dan masa depresi
perekonomian. Pada masa resesi dan depresi banyak perusahaan memberhentikan
pekerjanya karena ketidakmampuan untuk memberikan upah sehingga terjadi
pengangguaran besar-besaran. Pengangguran karena hal tersebut dinamakan
pengangguran siklikal.
c. Pengangguran Struktural
Tidak
semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan terus berkembang maju,
sebagiannya akan mengalami kemunduran. Kemunduran ini ditimbulkan oleh salah
satu atau beberapa faktor.Pertama, adanya barang baru yang lebih baik. Kedua,
kemajuan teknologi mengurangi permintaan atas barang tersebut. Ketiga, biaya
produksi sudah sangat tinggi dan tidak mampu bersaing. Keempat, ekspor produksi
industri sangat menurun karena persaingan yang lebih serius dari negara-negara
lain. Kemunduran tersebut akan menyebabkan kegiatan produksi dalam industri tersebut
menurun. Hal ini menyebabkan sebagian pekerja terpaksa diberhentikan dan
menjadi penganggur. Pengangguran jenis ini disebut sebagai pengangguran
struktural atau pengangguran yang disebabkan oleh perubahan struktur kegiatan
ekonomi.
d. Pengangguran
Teknologi
Pengangguran dapat juga disebabkan oleh
adanya penggantian tenaga kerja oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Contohnya,
racun gulma dan rumput bisa mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk
membersihkan perkebunan, sawah, dan lahan pertanian lain. Demikian juga, mesin
telah mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat lubang, memotong rumput,
membersihkan lahan, dan memungut hasil.Di pabrik-pabrik, robot telah
menggantikan kerja manusia. Pengangguran yang ditimbulkan oleh pengangguran
mesin dan kemajuan teknologi ini dinamakan pengangguran teknologi.
3. Pengangguran Berdasarkan Cirinya
Berdasarkan cirinya, pengangguran dibedakan menjadi
empat yaitu:
a. Pengangguran Terbuka
Pengangguran
ini terjadi karena pertambahan lapangan pekerjaan yang lebih rendah daripada
pertambahan tenaga kerja. Akibatnya dalam perekonomian banyak tenaga kerja yang
tidak memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini dalam suatu jangka waktu yang
cukup panjang adalah mereka tidak melakukan suatu pekerjaan. Jadi, mereka
menganggur secara nyata dan sepenuh waktu sehingga dinamakan pengangguran
terbuka. Untuk menghitung berapa besar tingkat pengangguran terbuka, dapat
dilakukan dengan rumus berikut :
b. Pengangguran Tersembunyi
Di
negara berkembang seringkali ditemui jumlah pekerja dalam suatu kegiatan
ekonomi lebih banyak daripada yang sebenarnya diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan ini digolongkan dalam
pengangguran tersembunyi. Contohnya pelayan restoran yang lebih banyak dari
yang diperlukan dan keluarga petani dengan anggita keluarga yang besar yang
mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.
c. Pengangguran Bermusim
Pengangguran
ini terutama terdapat di sekotor pertanian dan perikanan. Pada musim hujan penyadap
karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan dan terpaksa menganggur. Pada
musim kemarau para petani tidak dapat mengerjakan tanahnya. Selain itu, para
petani tidak begitu aktif antara waktu sesudah menanam dan sesudah menuai.
Apabila dalam masa di atas para penyadap karet, nelayan, dan petani tidak
melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur. Pengangguran seperti
ini digolongkan sebagai pengangguran bermusim.Untuk menghitung angka
pengangguran musiman menggunakan rumus :
d.
Setengah Menganggur
Di
negara-negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari desa ke kota adalah
sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang yang pindah ke kota dapat
memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya terpaksa menjadi penganggur
sepenuh waktu.Di samping itu adapula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula
bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka adalah jauh lebih rendah dari yang
normal. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini
digolongkan sebagai setengah menganggur atau dalam bahasa Inggris:
underemployed. Untuk menghitung berapa besar tingkat setengah menganggur, dapat
dilakukan dengan rumus berikut :
2.8. Penyebab Terjadinya
Pengangguran
Pengangguran
adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan
merupakan yang paling berat. Secara teoritis, pengangguran dapat terjadi karena
beberapa sebab, diantaranya :
1.
Perubahan
Struktural.
Seperti
disebutkan Reynolds, Masters dan Moser (1986:269) jenis pengangguran ini
terjadi karena mismatch (tak sepadan/ketidakcocokan) antara kualifikasi pekerja
yang membutuhkan pekerjaan dengan persyaratan yang diinginkan. Hal ini biasanya
terjadi karena adanya perubahan struktur ekonomi. Struktur ekonomi dapat
diamati dari dominasi kontribusi sektoral terhadap produksi nasional
(regional).
Bila
sektor industri memberikan kontribusi paling besar terhadap PDB dibanding
dengan sektor lainnya, maka struktur perekonomian tersebut adalah industri, atau
sebaliknya (Sadono Sukirno, 1985). Katakanlah dalam suatu negara atau daerah
terjadi pergeseran struktur ekonomi dari sektor pertanian ke industri. Dampak
selanjutnya, adalah dibutuhkannya kualifikasi tenaga kerja yang cocok di sektor
industri. Ketika persyaratan ini tidak terpenuhi (mismatch), maka tenaga kerja
yang ada menjadi tidak terpakai, kecuali terjadi penyesuaian kualifikasi
seperti yang dibutuhkan.
2.
Pengaruh Musim.
Perubahan
musim terjadi bukan hanya di sektor pertanian saja, tetapi sering pula terjadi
pada sektor lain. Pada musim liburan dan tahun baru, misalnya, suasana sektor
jasa transportasi dan pariwisata menjadi sangat sibuk (full employed) dibanding
dengan hari-hari biasa. Demikian pula pada saat menjelang, sedang dan setelah
bulan Suci Ramadhan, nampak permintaan terhadap barang dan jasa meningkat
(demand for good) yang selanjutnya akan membawa dampak otomatis terhadap
permintaan tenaga kerja (derived demand) di sektor yang bersangkutan (Arfida
B.R., 2003).
3.
Adanya hambatan (ketidaklancaran)
bertemunya pencari kerja dan lowongan kerja (pengangguran friksional).
Jenis
pengangguran ini biasanya terjadi karena hambatan teknis (misalnya waktu dan
tempat). Sering terjadi pencari kerja tidak memiliki informasi yang lengkap
tentang lowongan kerja yang ada. Sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk
memenuhi lowongan kerja tersebut. Mungkin juga karena situasi kerja (tempat)
yang ditempati tidak cocok dengan harapan si pencari kerja, sehingga membuat
pudarnya semangat kerja. Pilihannya adalah lebih baik tidak bekerja, karena
lingkungan kerja tidak kondusif lagi. Pengangguran jenis ini bisa juga terjadi
karena perkembangan (dinamika) ekonomi yang terus-menerus berubah, sehingga
membawa dampak terhadap permintaan tenaga kerja yang dinamis pula. Artinya pada
situasi demikian sangat dibutuhkan tenaga kerja yang mampu mengikuti perubahan
jaman dengan cepat serta mampu melakukan adaptasi keahlian terhadap tuntutan
lingkungan eksternal yang dinamis tersebut. Bila situasi ini tidak bisa
diikutinya, maka ia akan kehilangan kesempatan kerja.
4.
Rendahnya Aliran Investasi
Investasi
merupakan komponen aggregate demand yang mempunyai daya ungkit terhadap
perluasan kesempatan kerja. Melalui mekanisme efek multiplier, perubahan
investasi membawa dampak terhadap kenaikan output (pendapatan). Terdapat
beberapa besaran (pengeluran otonom, seperti halnya investasi) yang mempunyai
dampak terhadap meningkatnya output yaitu pengeluaran konsumsi otonom,
investasi otonom, pengeluaran pemerintah dan ekspor (Gordon, 1993). Secara
otomatis meningkatnya output akan membutuhkan sumberdaya untuk proses produksi
(modal, tenaga kerja dan input lainnya). Dengan demikian permintaan
tenaga kerja akan meningkat ketika terjadi peningkatan dalam pengeluaran otonom
tadi. Hubungan antara kenaikan output dengan permintaan tenaga kerja
(penyerapan tenaga kerja) dapat dijelaskan dengan konsep elastisitas penyerapan
tenaga kerja (Payaman J. Simanjuntak, 1985 : 82) atau dapat ditulis dalam
bentuk lain menjadi :
Elastisitas penyerapan tenaga kerja
mencerminkan persentase perubahan tenaga kerja yang terserap sebagai akibat
perubahan laju pertumbuhan ekonomi
(LPE =
%ΔQ). Bila koefisien Eks semakin besar (misalnya lebih besar dari satu atau
elastis), ini berarti persentase kenaikan tenaga kerja yang terserap adalah
lebih besar dibanding dengan laju pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Kondisi
inilah yang sangat diharapkan, karena pola hubungan sedemikian mencerminkan
kegiatan ekonomi yang pada karya (labor intensive). Artinya perubahan
kesempatan kerja sangat peka (sensitif) terhadap perubahan laju pertumbuhan
ekonomi (economic growth rate).
Rumus
di atas dapat pula digunakan untuk melakukan prediksi kebutuhan tenaga kerja
pada sektor tertentu untuk perioda tertentu. Misalnya, bila besarnya koefisien
elastisitas penyerapan kerja (Eks) dan laju pertumbuhan ekonomi (%ΔQ) sudah
diketahui (given), maka dengan menggunakan persamaan (2) laju pertumbuhan
penyerapan tenaga kerja yang diinginkan (%ΔL) dapat diperkirakan (ceteris
paribus). Formula ini dapat pula diterapkan pada level yang lebih rendah lagi,
misalnya Kabupaten, Kota atau tingkat Kecamatan sekalipun.
5. Rendahnya
Tingkat Keahlian
Keahlian
dan produktifitas sangat berkaitan erat. Orang yang memiliki keahlian akan
memiliki produktifitas tinggi, karena ia mampu memanfaatkan potensi dirinya
pada kegiatan ekonomi produktif. Untuk meningkatkan keahlian dapat dilakukan
berbagai cara, diantaranya adalah melalui pendidikan dan latihan, magang,
pendidikan formal, membangkitkan kecerdasan tenaga kerja lewat pembinaan
motivasi kerja dan corporate learning (percepatan belajar perusahaan)
(Reynolds, Masters and Moser, 1986; Rose-Nicholl, 2002).
6. Diskriminasi.
Diskriminasi
tidak hanya terjadi pada warna kulit saja (race discrimination), tetapi bisa
terjadi pula pada aspek lain, misalnya pada sektor pendidikan, ekonomi, hukum,
Agama dan lainnya. Misalnya, ketika perlakukan diskriminatif terjadi di bidang
ekonomi, maka kemungkinan dampak yang akan dirasakan adalah hilangnya
kesempatan berusaha dan kesulitan akses pada sumber-sumber pertumbuhan ekonomi
(modal, alam dan informasi, dll). Situasi inilah yang pada gilirannya akan
menghambat pada penciptaan lapangan kerja itu sendiri. Jadi beban
ketenagakerjaan akan berat sekali ketika perlakukan disriminatif di bidang
ekonomi masih ada. Demikian juga bila akses pendidikan dan pengembangan SDM
tidak diberikan seluas-luasnya kepada publik, dampak selanjutnya adalah
terpuruknya kualitas SDM, dan dalam jangka panjang kesempatan akan sulit diraih
oleh tenaga kerja.
7. Laju Pertumbuhan
Penduduk
Hal-hal
yang tidak diinginkan dari persoalan kependudukan diantaranya adalah apabila
pertumbuhan penduduk bersamaan dengan munculnya karakteristik sebagai berikut :
a. tidak diimbangi
dengan sarana dan prasaranan pendidikan yang memadai,
b. rendahnya
anggaran pendidikan,
c. rendahnya
tingkat kesehatan,
d. tidak seimbang dengan
laju pertumbuhan kesempatan kerja,
e. rendahnya
pembentukan modal,
f. rendahnya
kualitas tenaga kependidikan,
g. rendahnya balas
jasa di sektor pendidikan (gaji, honor, jasa riset, dsb),
8. Aggregate Demand
Unemployment
Pengangguran
ini muncul karena rendahnya permintaan output ekonomi, sehingga selanjutnya
berdampak pada rendahnya permintaan tenaga kerja (low derived demand).
Sebaliknya, bila permintaan output tinggi (high aggregate demand), bukan hanya
akan menghilangkan pengangguran jenis ini, tetapi malah akan tercipta lebih
banyak lagi kesempatan kerja, bahkan situasi ini dapat mengurangi pengangguran
struktural dan friksional yang terjadi sebelumnya.
Bagi
kebanyakan orang kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan
tekanan psikologis. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa selalu ada
pengangguran? N.Gregory Mankiw seorang Profesor Ilmu Ekonomi di Harvard
University dalam bukunya Macro economics menyatakan bahwa ada dua alasan adanya
pengangguran yaitu: pencarian kerja yang sesuai dan kekakuan upah riil.
9. Pencarian Kerja
yang Sesuai
Salah
satu alasan adanya pengangguran adalah dibutuhkan waktu untuk mencocokan antara
pekerja dengan pekerjaan. Model ekuilibrium pasar tenaga kerja agregat
mengasumsikan bahwa seluruh pekerja dan seluruh pekerjaan adalah identik,
sehingga seluruh pekerja dianggap cocok untuk seluruh pekerjaan. Jika hal ini
benar dan pasar dalam kondisi ekuilibrium, maka kehilangan pekerjaan tidak
menyebabkan pengangguran. Pekerja yang keluar dari pekerjaannya akan segera
mendapatkan pekerjaan baru pada tingkat keseimbangan pasar.. Ketika permintaan
terhadap barang bergeser, permintaan terhadap tenaga kerja yang memproduksi
barang-barang tersebut juga berubah. Para ekonomi menyebut perubahan komposisi
permintaan antar industri atau wilayah sebagai pergeseran sektoral. Pergeseran
sektoral bukan satu-satunya penyebab pemutusan hubungan kerja dan pengangguran
friksional. Selain itu para pekerja dapat di PHK ketika perusahaan mereka
bangkrut, ketika kinerja mereka merosot, atau ketika keahlian mereka tidak
dibutuhkan lagi.
10. Kekakuan Upah Riil
Alasan
kedua adanya pengangguran adalah kekakuan upah (wage rigidity). Gagalnya upah
melakukan penyusuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya.
2.9. Dampak yang
Diakibatkan dari Pengangguran
Bisa
dipastikan bahwa pengangguran yang terjadi akan membawa dampak pada aspek
(sektor) lainnya. Aspek-aspek yang akan terkena langsung adalah kesehatan dan
pendidikan. Karenanya sebagian beban biaya pendidikan dan kesehatan harus
ditanggung (bahkan merupakan kewajiban) pemerintah. Bila pengangguran tersebut
berlangsung cukup lama, maka kemiskinan absolut bahkan kelaparan bisa terjadi.
Dampak lain dari pengangguran di antaranya adalah :
1. Ketimpangan sosial. Ini
terjadi karena tidak seluruh komponen masyarakat menganggur, selalu ada
sekelomok masyarakat yang nasibnya masih beruntung, ia dapat bekerja dengan
normal bahkan memperoleh penghasilan yang berlebih.
2. Kecemburuan sosial.
Hal ini terjadi karena terpicu oleh disparitas sosial yang ada, misalnya
ketimpangan pendapatan, status sosial dan kekuasaan.
3. Meningkatnya
budget pemerintah untuk sektor pendidikan dan kesehatan.
4. Meningkatnya
kriminalitas dan kekerasan sosial lainnya.
5. Munculnya sikap permisif
(serba boleh) sebagai jalan pintas untuk mempertahankan hidup.
6. Tidak lancarnya sistem
demokrasi. Karena money politic lebih dominan.
7. Disharmonisnya sistem rumah
tangga, karena penopang kelangsungan rumah tangga (penghasilan) tidak memadai
lagi.
8. Meningkatnya sex komersial
(pelacuran), sebagai representasi sulitnya mencari lapangan kerja.
9. Melemahnya daya beli,
sebagai konsekuensi langsung dari ketidakberdayaan ekonomi (rendahnya
pendapatan rumah tangga).
10. Kekuasaan
dan harga diri diukur oleh tingkat kekayaan dan penghasilan yang dapat
diperoleh (seba uang). Sebetulnya ini suatu kekeliruan yang paling fatal, namun
masyarakat cenderung berperilaku seperti itu. Dirasakan sekali dengan uang
segalanya jadi lancar, menyenangkan, status sosial terangkat dan dihargai orang
lain.
Adapun dampak lain yang terjadi karena
pengangguran,
1. Dampak
Pengangguran Terhadap Pembangunan Nasional
Pengangguran merupakan masalah pokok dalam
suatu masyarakat modern. Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya menjadi
terbuang percuma dan tingkat pendapatan masyarakat akan menurun. Pengangguran
berdampak besar terhadap pembangunan nasional. Dampak pengangguran terhadap
pembangunan dapat dilihat melalui hubungan antara pengangguran dan
indikator-indikator berikut ini:
a. Pendapatan Nasional dan Pendapatan per Kapita. Upah
merupakan salah satu komponen dalam perhitungan pendapatan nasional. Apabila
tingkat pengangguran semakin tinggi, maka nilai komponen upah akan semakin
kecil. Dengan demikian, nilai pendapatan nasional pun akan semakin kecil.
b. Penerimaan Negara. Salah satu sumber penerimaan negara
adalah pajak, khususnya pajak penghasilan. Pajak penghasilan diwajibkan bagi
orang-orang yang memiliki pekerjaan. Apabila tingkat pengangguran meningkat,
maka jumlah orang yang membayar pajak penghasilan berkurang. Akibatnya
penerimaan negara pun berkurang.
c. Beban Psikologis. Semakin lama seseorang menganggur, semakin
besar beban psikologis yang harus ditanggung. Secara psikologis, orang yang
menganggur mempunyai perasaan tertekan, sehingga berpengaruh terhadap berbagai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
d. Biaya
Sosial. Dengan semakin besarnya jumlah penganggur, semakin besar pula biaya
sosial yang harus dikeluarkan. Biaya sosial itu mencakup biaya atas peningkatan
tugas-tugas medis, biaya keamanan, dan biaya proses peradilan sebagai akibat
meningkatnya tindak kejahatan.
2. Dampak Pengangguran terhadap
Perekonomian suatu Negara
Tujuan
akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan
kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan
naik terus. Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal
tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah
dicita-citakan. Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap
kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
a. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat
memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena
pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai
masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang
seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan
lebih rendah.
b. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional
yang berasal dari sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran
yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian menurun sehingga pendapatan
masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari
masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan
ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan
terus menurun.
c. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan
ekonomi. Adanya pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat akan
berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan
berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan investor (pengusaha)
untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat
investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomi pun tidak akan terpacu.
3. Dampak
Pengangguran terhadap Individu yang Mengalaminya dan Masyarakat
Berikut
ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya
dan terhadap masyarakat pada umumnya:
a. Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian. Di
negaranegara maju para penganggur memperoleh tunjangan (bantuan keuangan) dari
badan asuransi pengangguran. Oleh sebab itu, mereka masih mempunyai pendapatan
untuk membiayai kehidupannya dan keluarganya. Mereka tidak perlu bergantung
kepada tabungan mereka atau bantuan orang lain. Sedangkan di negara Indonesia,
tidak terdapat program asuransi pengangguran. Maka kehidupan penganggur harus
dibiayai oleh tabungan masa lalu atau pinjaman batnuan keluarga dan
kawan-kawan. Keadaan ini bias menyebabkan pertengkaran dan kehidupan keluarga
yang tidak harmonis.
b. Pengangguran dapat menghilangkan
keterampilan. Ketrampilan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat
dipertahankan apabila ketrampilan tersebut digunakan dalam praktek.
Pengangguran dalam periode yang lama akan menyebabkan tingkat ketrampilan
pekerja menjadi semakin merosot.
c. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial
politik. Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat
menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah. Golongan yang
memerintah semakin tidak popular di mata masyarakat. Berbagai tuntunan dan
kritikan akan dilontarkan kepada pemerintah dan adakalanya disertai oleh aksi
demonstrasi. Karena masyarakat akan berpandangan bahwa pemerintah tidak
melakukan tindakan untuk menanggulanginya kemudian menimbulkan ketidak
percayaan pada pemerintah.
d. Meningkatnya
kriminalitas. Mereka yang tidak memiliki pekerjaan terpaksa melakukan tindakan
kriminalitas guna memenuhi kebutuhannya.
e. Meningkatnya kemiskinan. Hal ini karena mereka tidak
memiliki lagi sumber pendapatan
.
2.10. Peran
Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Pengangguran
Diatas
telah dijelaskan dampak negatif dari adanya pengangguran dalam perekonomian.Untuk
mengatsi dampak negatif tersebut pemerintah perlu secara terus menerus berusaha
mengatasi masalah pengangguran. Ada beberapa tujuan dari kebijakan pemerintah
diantaranya:
1.
Tujuan bersifat ekonomi:
kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah berdasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan yang bersifat ekonomi. Dalam hal ini ada tiga
pertimbangan utama:
a. Menyediakan
lowongan pekerjaan, kebijakan pemerintah untuk mengatasi pengangguran merupakan
usaha yang terus-menerus. Dengan perkataaan lain, ini merupakan usaha dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka panjang usaha mengatasi
pengangguran diperlukan karena jumlah penduduk yang selalu bertambah akan
menyebabkan pertambahan tenaga kerja yang terus-menerus. Maka, untuk menghindari
masalah pengangguran yang semakin serius, tambahan lowongan pekerjaan yang
cukup perlu disediakan dari tahun ke tahun.
Dalam
jangka pendek pengangguran dapat menjadi bertambah serius, yaitu ketika berlaku
kemunduran atau pertumbuhan ekonomi yang lambat. Dalam masa seperti itu
kesempatan kerja bertambah dengan lambat dan pengangguran meningkat. Menghadapi
keadaan yang seperti ini usaha-usaha pemerintah untuk mengatasi pengangguran
perlu ditingkatkan.
b. Meningkatkan
taraf kemakmuran masyarakat, kenaikan kesempatan kerja dan pengurangan
pengangguran sangat berhubungan dengan pendapatan nasional dan tingkat
kemakmuran masyarakat. Kenaikan kesempatan kerja menambah produksi nasional dan
pendapatan nasional. Perkembangan ini selanjutnya akan menambah kemakmuran
masyarakat. Ukuran kasar dari kemakmuran masyarakat adalah pendapatan per
kapita yang diperoleh dengan cara membagikan pendapatan nasional dengan jumlah
penduduk. Dengan demikian, kesempatan kerja yang semakin meningkat dan
pengangguran yang semakin berkurang bukan saja menambah pendapatan nasional
tetapi juga meningkatkan pendapatan per kapita. Melalui perubahan ini
kemakmuran masyarakat akan bertambah.
c. Memperbaiki
pembagian pendapatan, pengangguran yang semakin tinggi menimbulkan efek yang
buruk kepada kesamarataan pembagian pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak
memperoleh pendapatan. Maka semakin besar penganguran,semakin banyak golongan
tenaga kerja yang tidak mempunyai pendapatan. Seterusnya pengangguran yang
terlalu besar cenderung untuk menurunkan upah golongan berpendapatan rendah.
Sebaliknya, pada kesempatan kerja yang tinggi tuntuan kenaikan upah akan
semakin mudah diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat disimpulkan bahwa usaha
menaikkan kesempatan kerja dapat dapat juga digunakan sebagai alat untuk
memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat.
2. Tujuan
bersifat sosial dan politik: tujuan untuk mengatasi masalah sosial dan
politik tidak kalah pentingnya dengan tujuan yang bersifat ekonomi. Tanpa
kesetabilan sosial dan politik , usaha-usaha untuk mengatasi masalah ekonomi
tidak akan dapat dicapai dengan mudah. Beberapa tujuan kebijakan pemerintah
dalam bidang sosial dan politik:
a. Meningkatkan kemakmuran dan kestabialan keluarga,
ditinjau dari segi mikro, tujuan ini merupakan hal yang sangat penting. apabila
kebanyakan anggota dalam suatu rumah tangga tidak bekerja, berbagai masalah
akan timbul. Pertama keluarga tersebut mempunyai kemampuan terbatas untuk
melakukan pembelanjaaan. Maka secara langsung pengangguran mengurangi taraf
kemakmuran keluarga. Kedua pengangguran mengurangi kemampuan keluarga dalam
membiayai pendidikan anak-anaknya. Sehingga perlunya ada perluasan kesempatan
kerja. Efek psikologi ke atas rumah tangga seperti merasa rendah diri,
kehilangan kepercayaan diri dan perselisihan dalam keluarga, merupakan masalah
lain yang ditimbulkan oleh pengangguran.
b. Menghindari masalah kejahatan, di satu pihak pengangguran
menyebabkan para pekerja kehilangan pendapatan. Akan tetapi di lain pihak,
ketiadaan pekerjaan tidak akan mengurangi kebutuhan untuk berbelanja guna
memenuhi kebutuhan hidupnya. Apabila tidak adanya tabungan maupun penghasilan
lain pengangguran semakin meningkatkan tindak kejahatan, dimana motif kejahatan
sebagian besar adalah faktor ekonomi, dengan demikian usaha mengatasi
pengangguran berarti juga mengurangi tingakat tindakan kejahatan.
c. Mewujudkan kestabilan politik, kestabilan ekonomi dan
pertumbuhan ekonomi yang di perlukan untuk menaikan tingkat kemakmuran
masyarakat memerlukan kestabilan politik. Tanpa kestabilan politik tidak
mungkin suatu negara dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat dan terus
menerus. Pengangguran merupakan salah satu sumber/penyebab dari ketidak
stabilan politik karena pengangguran membuat masyararakat tidak merasa puas
dengan pihak pemerintah. Mereka merasa pemerintah tidak melakukan tindakan yang
cukup untuk masyarakat. Dalam perekonomian yang tingkat penganggurannya tinggi
masyarakat seringkali melakukan demonstrasi dan mengemukakan kritik kepada
pemimpin-pemimpin pemerintah. Hal-hal seperti ini akan menimbulkan halangan
untuk melakukan investasi dan mengembangkan kegiatan ekonomi. Senagai akibatnya
perkembangan ekonomi yang lambat semakin berkepanjangan dan keadaan
pengangguran semakin memburuk. Pemerintah harus cepat melakukan tinfakan untuk
mengatasi masalah tersebut.
Dua kebijakan pemerintah yaitu :
1. Kebijakan Fiskal
Kebijakan pemerintah untuk mengatur
pengeluaran pemerintah serta mengatur besarnya tarif pajak..
Masalah
pengangguran muncul karena pengeluaran agregat (AE1) berada di bawah
pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat konsumsi tenaga
kerja penuh (AE2). Jarak antara AE1 dan AE2 dinamakan
jurang deflasi, jurang deflasi adalah jumlah kekurangan pembelanjaan agregat
yang diperlukan untuk mencapai konsumsi tenaga kerja penuh. Dalam grafik a.
dimisalkan keseimbangan asal di capai di titik E1. keseimbangan ini
menunjujukan pendapatan nasional adalah Y1 dan dalam dalam
keseimbangan ini pengangguran berlaku.untk mengatasinya pemerintah menambah
pengeluaran pemerintah sebanyak ∆G dan pertambahan pengeluaran ini memindahkan
pengeluaran pemerintah dari AE1 KE AE1. Perubahan
tersebut berarti keseimbangan bergeser pula dari E1 ke E2.
Perubahan in akan akan menambah kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran.
Dalam
grafik b, yang menunjukan efek pengurangan pajak pada keseimbangn pendapatan
nasional, juga dimisalkan keseimbangan yang asal adalah di E1.
Pengurangan pajak sebesar ∆T (yang sama nilainya dengan ∆G) akan menambah
pendapatan disposibel rumah tangga sebesar ∆ =∆T. Perubahan
disposibel itu akan adalah kuarang dari ∆G, yaitu hanya sebesar: ∆C=MPC.∆G.
Kenaikan pengeluaran rumah tersebut akan memindahkan pengeluaran agregat
menjadi A dan keseimbangan menjadi . Maka pendapatan
nasional bertambah dari ke dan oleh sebab itu
kesempatan kerja bertambah dan pengangguran berkurang.
2. Kebijakan moneter
Kebijakan pemerintah untuk mengatur
tingkat suku bunga.
Pengeluaran agregat yang mula-mula
berlaku dalam perekonomian ditunjukan oleh A dan pendapatan
nasional di . Untuk mengatasi pengangguran dan menggalakan kegiatan ekonomi
bank sentral menambah penawaran uang. Langkah ini menurunkan suku bunga dan
menggalakan para pengusaha menambah investasi, yaitu sebesar.
2.11. Solusi
Mengatasi Pengangguran
1. Cara mengatasi
pengangguran friksional dan pengangguran voluntary
a. Proyek padat karya
untuk menambah kesempatan kerja dengan mendirikan industri baru, pembangunan
jalan raya, jembatan, dll.
b. Menarik investor baru dengan cara deregulasi dan
debirokratisasi.
c. Pengembangan
transmigrasi untuk menambah lapangan kerja baru di bidang agraris dan sektor
lain.
2. Cara mengatasi pengangguran konjungtural
a. Meningkatkan
daya beli mesyarakat sehingga pasar menjadi ramai dan akan meningkatkan jumlah
permintaan. Dengan demikian, perusahaan harus meningkatkan produksi dengan
menambah tenaga kerjanya.
b. Mengatur bunga bank agar tidak terlalu
tinggi sehingga para investor lebih suka menginvestasikan uangnya dalam bidang
usaha untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
3. Cara mengatasi
pengangguran struktural
a. Menyediakan
lapangan kerja untuk menampung kelebihan tenaga kerja di sektor ekonomi.
b. Pelatihan tenaga kerja untuk mengisi yang
masih membutuhkan.
c. Menarik
investor, khususnya merangsang berdirinya industri baru.
4. Cara mengatasi pengangguran musiman
a. Pelatihan keterampilan lain,
selain bidang yang sudah digeluti. Hal tersebut dapat digunakan untuk melakukan
pekerjaan lain pada saat musim – musim tertentu (biasanya saat petani meninggu
panen).
b. Menginformasikan
lowongan pekerjaan yang ada di sektor lain kepada masyarakat.
BAB III
PENUTUP
1.1.
Kesimpulan
Pengangguran
di Indonesia kondisinya saat ini sangat memprihatinkan, banyak sekali terdapat
pengangguran di mana-mana. Penyebab pengangguran di Indonesia ialah terdapat
pada masalah sumber daya manusia itu sendiri dan tentunya keterbatasan lapangan
pekerjaan. Indonesia sendiri menempati urutan ke 133 dalam hal tingkat
pengangguran di dunia, semakin rendah peringkatnya maka semakin banyak pula
jumlah pengangguran yang terdapat di Negara tersebut. Untuk mengatasi masalah
pengangguran ini pemerintah telah membuat suatu program untuk menampung para
pengangguran. Selain mengharapkan bantuan dari pemerintah sebaiknya kita secara
pribadi juga harus berusaha memperbaiki kualitas sumber daya kita agar tidak
menjadi seorang pengangguran dan menjadi beban pemerintah.
1.2.
Saran
Dari
kesimpulan di atas maka kami dapat menyarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Memperluas
lapangan pekerjaan,
2. Menginformasikan
lowongan pekerjaan yang ada di sektor lain kepada masyarakat,
3. Peningkatan
mobilitas modal dan tenaga kerja,
4. Mempersiapkan
masyarakat untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi dengan cara memasukkan materi kurikulum pelatihan
teknologi pada sekolahsekolah,
5. Segera
memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan ke
tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan,
6. Mengadakan
pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang
kosong,
7. Segera
mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran, dan
8. Pengembangan
transmigrasi untuk menambah lapangan kerja baru di bidang agraris dan sektor
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno, Sadono.1997. Pengantar Teori Makro ekonomi.Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Mankiw, N.Gregory.2007. Makro Ekonomi. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Comments
Post a Comment